ITS dan Metallica

November 11, 2018


10 November 2018.

Tentang Metallica
Hari ini, malam ini untuk pertama kalinya saya nonton konser musik bergenre metallica. Sungguh, kesan pertama di benak saya saat merasakan genre musik ini adalah... menyenangkan.
Saya tidak peduli dengan penampilan penyanyi maupun penontonnya. Jantung saya berdegup kencang mengikuti irama lagu bertempo cepat ini. Kepala saya refleks ikut ngangguk-nganggung mengikuti pukulan drum. Sangat menyenangkan menurut saya. Jika lain dengan pendapatmu, tidak apa :)

ITS dan Power Metal
Saya terpukau dengan kosep Dies Natalis tahun ini. Rangkaian konsep acara yang out of the box, berani ambil resiko. Awalnya saya takut mau nonton konser ini. Pikiran sudah menuju ke bayangan kerusuhan para penonton, haduh. Namun ternyata... damai-damai saja. Saya suka.
Tahun lalu ITS menyajikan persembahan konser Kahitna dan Raissa. Semuanya free entry. Tahun ini, Power Metallica. Super sekali. Semoga dengan ini masyarakat termasuk para penggemar musik rock seperti mas-mas gondrong yang joget-joget tadi bisa menerima ITS sebagai kampus yang sangat terbuka untuk semua kalangan.

Ada cerita dibalik metallica
Saya kenal dengan seseorang, dia adalah sosok yang pemurah, pemberi semangat, humoris, dan berwibawa. Dia teman dekat kakak sejak SMA. Dan dia dikenal sebagai vokalis band rock atau jenis musik metal. Rambutnya gondrong, badannya kekar.
Awal mula dia bercerita masuk ke dunia musik rock saya sempat kaget. Saya kaget bukan karena jenis musiknya, tapi karena..
"Mas bisa nyanyi?"
Boleh saya bernostalgia sebentar?
Pernah dulu waktu saya masih duduk di bangku Sekolah Dasar, dia datang ke rumah duduk di ruang tamu menemani saya sedang bermain. Kemudian dia berusaha ngelucu.
"Kenalin, Nicholas Saputra" Dengan bangga dia memperkenalkan diri sebagai Nico.
"Siapa itu Nicholas Saputra?" Saya bingung belum tahu siapa Nicholas Saputra.
Semenjak kakak lulus SMA, dia tidak lagi main ke rumah. Sempat lost contact dengan keluarga saya.
Beranjak duduk di SMA, saya mulai mengenal Blackberry Messenger (BBM). Entah dari mana dapat PIN saya, tiba-tiba dia mengirim pesan. Saya takjub, dia memberikanku semangat tiada habisnya. Dia tau saya suka membaca, dia tau saya suka menulis. Saya mengikuti setiap saran darinya. Termasuk motivasi agar saya melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Ya, dia juga turut ikut andil dalam perjalanan saya menempuh pendidikan sampai saat ini.
Menurut saya dia adalah seorang sastrawan. Dibalik penampilannya yang kata orang sangar, namun di lubuk hatinya masih bisa menjadi orang yang selalu menebar kebaikan.
Kalau kamu pernah dengar saya bercerita tentang buku Tere Liye, saya mendapatkan 3 buku Tere Liye darinya. Dikirim langsung dari tempat tinggalnya nan jauh disana.
3 buku itu adalah Ayahku (bukan) Pembohong, Daun yang Jatuh Tidak Pernah Membeci Angin, dan Berjuta Rasanya.
Ada yang menarik dari tumpukan buku-buku itu. Saat kubuka cover bukunya, terlihat bubuhan tanda tangan cukup besar ukurannya memenuhi satu halaman.
Tanda tangan seorang Tere Liye.
Baik, dia telah mengirimkan tiga buku bersamaan dengan bubuhan tanda tangan si penulis. Terimakasih banyak.

Kabar
Tidak ada kabar lagi.
Bukunya tertata rapi di lemari.
Sudah kubaca berulang kali.
__________________________________________

Setelah melihat konser hari ini saya seolah membayangkan jika Anda berada di atas panggung sana menyanyikan sebuah lagu. Betapa hebohnya Anda. Haha.
Dimanapun Anda berada semoga sehat selalu. Mainlah ke rumah jika rindu. Kita masih sama seperti dulu. Akan selalu menerima meskipun Anda dan teman-teman Anda sekalian pernah hampir merebut remot tv ku.


Salam,
Piya

You Might Also Like

0 comments