Bukan Salah Paparazzi -Cerpen-

November 18, 2013

Vee terlihat begitu bingung hari ini ketika melihat semua teman-temannya memegang majalah yang sama. Di dalam kelaspun, semua temannya membaca berita yang sama. Heran, berita apa sih yang mereka baca? Sampai segitu antusiasnya. Desah Vee.
            “Hai Vee! Sini-sini, lihat deh ada artis pendatang baru!”. Panggil Wina.
            “Apa? Siapa?”. Tanya Vee dengan ekspresi datar.
            Wina keheranan. “Pagi-pagi itu mestinya pasang muka ceria. Nih lihat, Rizal Mahendra. Cakep kan?”.
            Vee melihat serius foto sang artis. “Biasa aja! Apa hebatnya?”.
            Wina menepuk dahinya. “Nggak pernah nonton TV ya? Ini aktor paling wow... aktingnya bisa dramatis dan.. pokoknya the best deh. Nah, beritanya aja sampe jadi headline majalah!”.
            “Lebay!!! Males ah.. gak tertarik!”. Vee menolak mentah-mentah.
            Menutup majalah. “Minggu ini dia mau datang ke sekolah kita. Awas aja kalau kamu sampe suka sama dia, siap-siap ada bekas jitakan di kepalamu!”. Ancam Wina.
            “Ha? Sorry ya.. gak tertarik!”. Kata Vee sambil menjulurkan lidah.
            Sepanjang pelajaran Kimia berlangsung, sesekali Vee mengintip teman-temannya. Ada yang sedang asik membaca berita tentang Rizal Mahendra di majalah, ada yang sekedar melihat foto Rizal di sampul majalah, dan yang lebih parahnya lagi ada yang nyolong-nyolong jam pelajaran buat browsing berita terbaru dari Rizal Mahendra.
            Vee pun bersiap-siap untuk pulang sekolah. Ia memasukkan buku-buku yang masih berada di atas meja dan di dalam lacinya. Saat membereskan buku yang berada di dalam laci, ia menemukan majalah yang sama. Sejenak ia melihat foto Rizal Mahendra. Wajahnya biasa aja, ekspresinya terlalu lebay bagi seorang model, style nya yang memasang rantai di celana telah menandakan dia seperti artis asal-asalan.
            “Ih, gak banget!”. Vee lempar majalah itu hingga terjatuh ke lantai.
            Sesampainya di rumah, Vee tersentak ketika melihat adiknya yang ternyata juga membaca majalah yang sama.
            “Dek, kok kamu baca majalah beginian sih?”. Tanya Vee kepada Rara, adiknya.
            “Artisnya keren banget. O ya.. hari Sabtu besok Rizal Mahendra ke sekolah kakak ya? Mintain tanda tangan dong, kak!”. Pinta Rara.
            “Kakak nggak suka sama dia!”. Kata Vee.
            “Tapi aku suka!”. Rara tak mau kalah.
            Setelah berpikir beberapa menit, akhirnya Vee menyetujui permintaan adiknya.
***
            Vee tak begitu yakin hari ini menjadi hari yang baik baginya. Yang benar saja hari ini Rizal Mahendra, seorang aktor yang menurut Vee nggak berkualitas itu datang ke sekolahnya untuk jumpa fans. Khusus untuk hari ini kegiatan belajar-mengajar sengaja diliburkan untuk menyambut baik kehadiran Rizal Mahendra. Vee memasuki area sekolah dengan tampang kusut.
            “Vee.....!!!”. Teriak Wina dan Janetta dari kejauhan.
            Keduanya berlari menuju Vee yang tengah berdiri depan kelas. “Rizal udah datang... ayo ke sana Vee!”. Ajak Janetta.
            “Aku di sini aja!”. Tolak Vee.
            “Ntar nyesel lo..!”. Ujar Wina.
            Janetta menarik tangan Wina. “Ayolah, Win... mau minta tanda tangan nih!”.
            Tanda Tangan??. Vee berpikir sejenak.
            “Tunggu!!”. Teriak Vee. “Aku ikut kalian!”. Lanjutnya.
            Suasana di aula begitu riuh ricuh ketika seorang Rizal Mahendra menyapa para penggemarnya yang sebagian besar adalah kaum hawa. Tibalah sesi untuk minta goresan tanda tangan dari Rizal. Semua siswa dan guru-guru pun antri untuk mendapatkan sesuatu yang menurut mereka sangat berharga tersebut. Wina, Janetta, dan Vee mendapat antrian di belakang.
            “Sakit!! Antriannya sepanjang ini?”. Desah Janetta.
            “Dibetah-betahin ya, Vee!”. Kata Wina.
            Vee tersenyum kecut. Kalau bukan demi si Rara mungkin sekarang gue udah pergi makan di kantin. Pikir Vee.
            Akhirnya tibalah giliran mereka untuk mendapatkan tanda tangan. Wina dan Janetta meletakkan buku catatan mereka di hadapan Rizal dengan halus sambil berkata “Kak Rizal, aku fans berat kamu”. Tanpa merespon, sang artis langsung menandatangani buku catatan Wina dan Janetta.
            Lain halnya dengan Vee.
            BRAKK!!!. Vee meletakkan buku catatan milik adiknya dengan sedikit kekerasan. Rizal melihatnya dengan ekspresi keheranan dan menatap Vee sinis.
Vee menaikkan satu alisnya. “Cepetan, gak pake lama!”.
“Ngapain?”. Tanya Rizal.
Meniup rambut yang menutupi dahinya. “Orang ini! Ya minta tanda tangan lah, masa mau beli es cendol!”. Bentak Vee.
Rizal pun menandatangani buku milik Rara. “Mau cari perhatian saya ya?”.
“Ih... kurang kerjaan!”. Kata Vee sambil menutup bukunya. “Thanks!”.
Setelah berkutat dengan segala kegiatan jumpa fans akhirnya Rizal Mahendra menyudahi aksinya. Dia pun berjalan menuju mobil diiringi sorak sorai dari para fansnya. Aksi saling desak antara para siswa, guru, dan wartawan yang ingin meliput pun tak dapat dihindari.
“RIZAL... RIZAL... RIZAL!!”. Begitulah yang bisa dilakukan fans untuk mengucapkan selamat tinggal kepada artis kesayangannya. Rizal tersenyum angkuh seakan-akan dia sudah menjadi best of the best.
“Hai Rizal!”. Sapa Wina dan Janetta ketika Rizal lewat di depan mereka. Namun Rizal hanya melihatnya sebentar dengan ekspresi tak meyakinkan.
“Sok kecakepan!”. Kata Vee mengejek Rizal.
Reflek, Rizal menghampiri sumber suara yang mengejeknya. Vee hanya menaikkan satu alisnya.
“Turunkan alismu! Gue nggak suka itu!”. Kata Rizal.
“Tapi aku suka!”. Balas Vee.
Rizal semakin geram. “Heh anak kecil!”. Memegang lengan Vee.
“Dasar gak punya malu. Di sini banyak wartawan!”. Ujar Vee.
Rizal melepaskan lengan Vee dan segera menuju ke mobilnya. Vee tersenyum penuh kemenangan.
***
Setelah kejadian Sabtu lalu, Vee merasa bahagia karena dia sudah membuktikan bahwa Rizal Mahendra itu nggak ada apa-apanya dibandingkan murid SMA kelas 2. Namun hari ini semua orang melihat Vee dengan sinis. Ada kejadian apa lagi ya?.
Tumben hari ini Wina tak menyapanya. Beberapa pertanyaan muncul dalam pikiran Vee. Untuk menjawab semua itu akhirnya Vee memberanikan diri bertanya kepada Wina. “Wina, kamu sakit?”.
Wina hanya memandang Vee sebentar dan memperlihatkan sesuatu yang membuatnya murung.
“Astaga!!! Ini kejadian hari Sabtu?”. Vee terkejut ketika melihat fotonya dan Rizal saat bertengkar di depan gerbang kemarin Sabtu.
“Dulu kamu pernah bilang gak akan pernah tertarik sama Rizal kan?”. Tanya Wina.
“Iya, aku sama sekali gak pernah ngefans sama dia!”. Jawab Vee.
“Terus ini foto apa? Berarti selama ini kamu udah deket sama Rizal!”. Tuduh Wina.
Vee mendengus. “Ya Tuhan, aku gak pernah kenal sama Rizal. Hari itu dia ngajak aku berkelahi gara-gara ucapanku mengejek dia!”. Vee berusaha meyakinkan sahabatnya.
Wina membalikkan badannya.
“Wina.. wina!”. Ujar Vee.
Ketika pulang sekolah, tanpa disangka-sangka Rizal sudah berdiri di depan sekolah untuk bertemu dengan Vee. Namun Vee tak juga keluar dari sekolah. Rizal pun bertemu dengan Wina dan Janetta .
“Kalian temannya anak yang ada di foto skandal itu kan?”. Tanya Rizal.
“Iya!”. Jawab Wina ketus.
Rizal tersenyum lega. “Dimana dia sekarang?”.
“Masih di belakang. Bentar lagi juga nongol!”. Jawab Janetta.
“Ya udah makasih ya!”. Ucap Rizal.
Beberapa menit kemudian Vee keluar dari sekolah. Ia pun dihadang oleh Rizal. “Ikut gue! Kita beresin semuanya!”. Kata Rizal sambil menarik tangan Vee menuju mobil dan membawanya ke studio milik Rizal.
“Mau ngomong apa? Cepetan, aku nggak punya banyak waktu!”. Kata Vee.
“Ini soal foto skandal di sekolahmu. Gimana caranya biar semuanya bisa clear dan nggak ada fitnah?”. Tanya Rizal.
“Ngapain situ nanya saya? Yang jadi artis siapa coba?”. Vee membalikkan pertanyaan.
Rizal mengusap wajahnya. “Bocah ini! Mak lo dulu ngidam apaan sih?”.
Vee menaikkan satu alisnya. “Mau tau aja!”.
“Terserah lah, yang penting sekarang kamu harus mikir gimana caranya keluar dari masalah ini. Karena ini semua salahmu!”. Tuduh Rizal. “Pacar gue jadi marah lihat foto itu!”. Lanjutnya.
“Kok jadi nyalahin aku, memang situ udah OK?”. Balas Vee. “Gara-gara foto itu sahabatku jadi murung!”.
“Berarti ini semua salah paparazzi!”. Tuduh Rizal lagi.
Vee meniup rambutnya. “Ini semua bukan salah paparazzi. Kalau aja kakak nggak sensitif dan emosional, ejekan kayak gitu semestinya dibiarin aja. Berita ini juga nggak akan muncul kalau kakak lebih sabar menerima cemoohan dari anti fans!”.
“Oh.. jadi kamu anti fans? Pantesan!”. Kata Rizal.
“Apanya?”. Tanya Vee.
Rizal mengusap rambutnya. “Rese’. Tunggu dulu, siapa namamu?”.
“Namaku Veronica Larasati Miriam Malhotra. Panggil aja Vee!”. Vee memperkenalkan diri.
“Hemat ya... Terus ini skandalnya jadi gimana?”. Emosi Rizal mulai muncul.
“Dasar gak punya akal sehat. Kakak tinggal adain jumpa pers dan jelasin semua yang terjadi. Jelasin kalau saya ini anti fans Anda!”. Terang Vee.
Rizal mengangguk perlahan. Vee tersenyum puas karena bukti kedua sudah di tangan bahwa Rizal Mahendra nggak punya akal sehat.
***
Rizal, Vee, beserta kru pendukung Rizal Mahendra masuk di ruangan tempat jumpa pers diadakan. Para awak media, fans, dan teman-teman Vee tak terkecuali Wina hadir dalam jumpa pers tersebut.
“Saya Rizal Mahendra minta maaf atas skandal foto pada Sabtu lalu yang menghebohkan semua orang. Saat itu saya diejek oleh seorang anti fans. Karena saya orangnya sensitif, jadi saya menghampirinya dan ingin mengajaknya berkelahi. Jadi diantara kami berdua tidak ada hubungan apa-apa. Hubungan kami hanya sebagai artis dan anti fans!”. Terang Rizal.
Vee pun juga ikut bicara. “Nama saya Vee. Saya anti fans dari Rizal Mahendra!”.
“Gitu doang?”. Heran Rizal.
“Biarin, eksis dikit gak masalah kan?”. Cetus Vee.
Salah seorang wartawan dari majalah yang dibeli Wina dulu pun mengajukan pertanyaan untuk Vee. “Mengapa Anda bisa menjadi anti fans dari Rizal Mahendra?”.
Dengan santai Vee pun menjawab. “Ketika saya membereskan laci, saya menemukan sebuah majalah yang ada fotonya Rizal. Saya melihat foto Rizal Mahendra sebentar. Wajahnya biasa aja gak cakep-cakep amat, ekspresinya terlalu lebay bagi seorang model. Orangnya pun mudah terpancing emosi. Kalau di ajak debat pasti kalah. O ya satu lagi, dia juga gak punya akal sehat!”.
Rizal hanya tertunduk mendengar jawaban dari Vee. Vee melihat Wina dari kejauhan. Dia tersenyum kepada Vee dan itu artinya Vee dan Wina nggak jadi bermusuhan. Ah... indahnya sebuah perdamaian.


-Sekian-

You Might Also Like

0 comments