Beat Plastic For A Better Environment Cycle
Februari 06, 2019
Pict by apeuk.org
Beberapa waktu yang lalu saya menonton sebuah video dari
sekelompok orang yang berhasil menyelamatkan seekor penyu dari jeratan sampah laut.
Dalam akun Youtube Sea Turtle Biologist dengan judul video ‘Sea Turtle With
Straw Up Its Nostril – “NO” TO PLASTIC STRAWS’ terlihat seorang pria sedang
berusaha mengeluarkan sebuah sedotan plastik dari lubang hidung seekor penyu.
Penyu tersebut mengeluarkan darah dari lubang hidung selama pencabutan sedotan
dilakukan. Terdengar pula suara ringkihan si penyu yang merasakan kesakitan.
Bahkan tim yang melakukan penyelamatan tersebut kesulitan mengeluarkan sedotan
yang sudah menancap di lubang hidung si penyu. Dalam video tersebut mereka
berusaha mengampanyekan tentang dampak sampah terhadap segala sesuatu yang
hidup di dalam laut dan menghimbau kita semua agar berhenti menggunakan sedotan
plastik apalagi sampai membuangnya ke daerah perairan.
Video lain dari NowThis
News yang bertajuk ‘Pollution is Killing Sea Turtles’ menceritakan seekor
penyu yang berusaha bertahan hidup di tengah-tengah lautan sampah. Beberapa
penyu ditemukan sudah mati mengapung dan berbalut plastik, sementara
penyu-penyu yang masih hidup dibawa ke pusat rehabilitasi untuk medapatkan
penanganan. Video tersebut direkam oleh seorang fotografer bernama Caroline
Power yang berlokasi di negara Honduras.
Dari kedua video tersebut sangat jelas bahwa kita sebagai manusia telah lalai menjaga alam. Permasalahannya adalah manusia sebagai makhluk hidup dengan populasi terbesar di bumi belum mampu mengupayakan sebuah tindakan untuk menjaga lingkungannya. Dilansir dari situs voaindonesia.com, Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah dan Bahan Berbahaya Beracun (PSLB3) KLHK, Rosa Vivien Ratnawati menyatakan, timbunan sampah plastik diperkirakan mencapai 24.500 ton per hari atau setara dengan 8,96 juta ton per tahun. Setelah video pertama tentang sedotan plastik yang tersangkut di lubang hidung seekor penyu, tergerak hati saya untuk ikut ambil bagian dalam perubahan lingkungan. Tapi di awal masih kebingungan bagaimana caranya saya dapat merealisasikannya di kehidupan sehari-hari. Bahkan dengan tidak membuang sampah di sungai pun belum cukup. Pasti ada cara lain yang memiliki dampak lebih besar.
Dari kedua video tersebut sangat jelas bahwa kita sebagai manusia telah lalai menjaga alam. Permasalahannya adalah manusia sebagai makhluk hidup dengan populasi terbesar di bumi belum mampu mengupayakan sebuah tindakan untuk menjaga lingkungannya. Dilansir dari situs voaindonesia.com, Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah dan Bahan Berbahaya Beracun (PSLB3) KLHK, Rosa Vivien Ratnawati menyatakan, timbunan sampah plastik diperkirakan mencapai 24.500 ton per hari atau setara dengan 8,96 juta ton per tahun. Setelah video pertama tentang sedotan plastik yang tersangkut di lubang hidung seekor penyu, tergerak hati saya untuk ikut ambil bagian dalam perubahan lingkungan. Tapi di awal masih kebingungan bagaimana caranya saya dapat merealisasikannya di kehidupan sehari-hari. Bahkan dengan tidak membuang sampah di sungai pun belum cukup. Pasti ada cara lain yang memiliki dampak lebih besar.
Pict by surfrespath.com
Berawal
dari dua orang model bernama Valerie Krasnadewi dan saudara kembarnya bernama
Veronika Krasnasari yang mengunggah sebuah video lewat instastory. Saudara kembar tersebut sedang mengampanyekan
penggunaan sedotan berbahan stainless
dengan berbagai model seperti sedotan lurus, sedotan bengkok, maupun sedotan
berdiameter besar yang khusus untuk menyedot bubble (bubble straw).
Seorang mahasiswa Universitas Indonesia bernama Jihan Fauziah Hamdi yang kerap
mengabadikan kegiatannya menggunakan sedotan stainless, juga berhasil mempengaruhi saya agar segera membuang
kebiasaan menggunakan sedotan plastik.
Kemudian,
saya membeli sebuah sedotan stainless
dan sikat pembersihnya di salah satu online
shop dari Jakarta. Mula saat itu saya berkomitmen untuk konsisten menjaga
lingkungan dengan tidak membuang sampah di sungai dan mengurangi penggunaan
sedotan plastik menggunakan sedotan stainless.
Tidak cukup sampai disini saja. Setelah mulai terbiasa dengan sedotan stainless, merasa sangat tanggung jika
tidak diimbangi dengan penggunaan tumbler
untuk tempat minum sehari-hari agar tidak menambah jumlah pengeluaran sampah
plastik. Saat berbelanja pun, jangan meminta tas plastik untuk barang
belanjaan. Cukup dengan membawa tas kain sendiri kita sudah memiliki peran
untuk mengurangi sampah plastik yang dapat membahayakan kita semua.
Pict by Kafiyatul Fithri
Menanamkan keyakinan pada
diri kita bahwa tindakan kecil yang kita lakukan untuk mengurangi sampah
plastik pasti akan membawa perubahan besar bagi lingkungan hingga realisasinya
untuk menggunakan produk zero waste
sekaligus mengajak seluruh masyarakat untuk turut serta mengurangi penggunaan
sampah plastik di kehidupan sehari-hari adalah hal kecil yang bisa kita lakukan untuk mebuat bumi ini menjadi lebih baik.
Ini bukanlah sebuah trend. Ini adalah perubahan yang harus dibiasakan. Ingatkan saya bila tidak menyayangi lingkungan. Ingatkan bila kita sedang menjadi salah satu penyumbang sampah di lingkungan sekitar. Dan ingatkan jika masih ada banyak hal lain yang harus dilakukan untuk mengurangi penggunaan plastik di dunia.
"Bukan hanya bagaimana mengurangi sampah plastik, tapi pikirkan juga bagaimana plastik-plastik itu tidak berakhir menjadi sampah" - Aul
2 comments
Setuju. Ini bukan trend, ini adaah perubahan yang harus dibiasakan. Seringkali kita nggak memikirkan sampah kita akan berakhir di mana. Jadi kita harus mulai aware dengan ini. lanjutkan kak! semangat :)
BalasHapusTerimakasih Andita atas tanggapannya. Yuk sama-sama memulai gerakan perubahan untuk keberlangsungan hidup yang lebih baik kedepannya 😊
Hapus